Metode Menghafal AlQuran



Metode menghafal Al-Qur'an (Teori~konsep dan aplikasinya)

A. Mengenal Kerja Memori (ingatan) Dalam Menghafal Al-Qur'an.

Memori (ingatan) merupakan suatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena hanya dengan ingata itulah manusia mampu merefleksikan dirinya, berkomunikasi, dan menyatakan pikiran dan perasaanya, yang berkaitan dengan pengalaman-pengalamanya. Ingatan juga berfungsi memproses informasi yang kita terima pada setiap saat, meskipun sebagian besar informasi yang masuk itu di abaikan saja, karena dianggap tidak begitu penting atau tidak diperlukan dikemudian hari.

Menghafal Al-Qur'an adalah suatu proses mengingat dimana seluruh materi ayat (rincian bagian-bagianya seperti fonetik, wakaf dan lain-lain) harus di ingat secara sempurna. Karena itu, seruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagianya itu mulai dari proses awal hingga pengingatan kembali (recalling) harus tepat. Keliru dalam memasukan atau menyimpanya akan keliru pula dalam mengingatnya kembali, atau bahkan sulit ditemukan dalam memori.

Seorang ahli psikologi ternama, Atkinson, menyatakan bahwa para ahli psikologi menganggap penting membuat perbedaan dasar mengenai ingatan. Pertama, mengenai tiga tahapan yaitu Encoding (menyiapkan informasi yang telah dimasukan), Storage (menyimpan informasi yang telah dimasukan), dan Retrieval (mengingat kembali informasi tersebut). Kedua, mengenai dua jenis ingatan yaitu Short term memory (ingatan jangka panjang), dan Long term memory (ingatan jangka panjang).

1. Encoding (memasukan informasi kedalam ingatan)

Encoding adalah suatu proses memasukan data-data informasi kedalam ingatan. proses ini melalui dua alat indra manusia, yaitu penglihatan dan pendengaran.

Kedua alat indra yaitu mata dan telinga, memegang peranan penting dalam penerimaan informasi sebagai mana dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur'an, dimana penyebutan mata dan telinga selalu beriringan (as-sam'a wal absar). Itulah sebabnya sangat dianjurkan untuk mendengarkan suara sendiri (sekedar didengar sendiri) pada saat menghafal Al-Qur'an agar kedua alat sensorik ini bekerja dengan baik. 

Tanggapan dari hasil pandangan dan pendengaran oleh kedua alat sensorik tadi (mata dan telinga) harus mengambil bentuk tanggapan yang identik(persis sama/fotokopi), karena itu, untuk memudahkan menghafal Al-Qur'an sangat dianjurkan untuk hanya menggunakan satu model mushaf Al-Qur'an secara tetap agar tidak berubah-ubah strukturnya didalam peta mental.

2. Storage (penyimpanan)

Proses lanjut setelah encoding adalah penyimpanan informasi yang masuk didalam gudang memori. Gudang memori terletak didalam memori jangka panjang (long term memory). Semua informasi yang simasukan dan disiapkan didalam gudang memori itu tidak akan pernah hilang. Apa yang disebut lupa sebenarnya hanya kita tidak berhasil menemukan kembali informasi tersebut didalam gudang memori. Mungkin karena lemahnya proses saat pemetaanya, sehingga sulit ditemukan kembali. Padahal sesungguhnya masih ada didalam gudang memori.

Perjalanan informasi dari awal diterima oleh indra hingga ke memori jangka pendek, bahkan ke memori jangka panjang ada yang bersifat otomatis (automatic processing) dan ada pula yang harus diupayakan (effortful processing). Keduanya dialami dalam kehidupan sehari-hari.

Proses penyimpanan yang bersifat otomatis pada umumnya merupakan pengalaman-pengalaman yang istimewa. Sementara itu, pengalaman-pengalaman yang umum dialami sehari-hari harus diupayakan penyimpanannya kalau memang hal itu dikehendaki atau perlukan. Demikian pula informasi-informasi yang kita terima dan hal itu dianggap penting untuk disimpan, tentu diperlukan pengamatan yang serius. Penghafalan Al-Qur'an termasuk pada kategori yang kedua ini, jadi harus diupayakan secara sungguh-sungguh agar tersimpan baik didalam gudang memori.

Salah satu upaya agar informasi-informasi yang masuk ke memori jangka pendek dapat langsung ke memori jangka panjang adalah dengan pengulangan (rehearsal atau takrir).

Ada dua cara pengulangan.
a. Maintenance rehearsal, yaitu pengulangan untuk memperbaharui ingatan tanpa mengubah struktur (sekadar pengulangan biasa) atau disebut juga pengulangan tanpa berpikir.
b. Elaboratif rehearsal, yaitu pengulangan yang diorganisasikan dan diproses secara aktif, serta dikembangkan hubungan-hubunganya sehinggamenjadi sesuatu yang bermakna.

Takrir yang dilakukan pada umumnya oleh para penghafal Al-Qur'an adalah cara pertama yaitu, mengulang dan mengulang sampai ayat-ayat Al-Qur'an dihafal dengan lancar. Cara ini memang lebih cocok dipakai terutama jika menghafal materi yang tidak dipahami dengan teks aslinya. Sedangkan jika ingin diingat adalah makna atau intisarinya. Maka cara yang kedua lebih baik karena tidak terikat pada teks. Tetapi menghafal sesuatu yang dimengerti maknanya akan lebih mudah daripada yang tidak diketahui maknanya.

Penyimpanan informasi didalam gudang memori dan seberapa lama kekuaatanya juga bergantung pada individu. Ada orang yang memiliki daya ingat teguh, sehingga menyimpan informasi dalam waktu lama, meskipun tidak jarang diulang, sementara yang lain memerlukan pengulangan secara berkala bahkan cenderung terus-menerus. Materi hafalan yang mengharuskan keutuhan urutan-urutan (sequence) seperti hafalan Al-Qur'an memang harus selalu diulang, berbeda dengan materi yang cukup diperlukan makna dan intisarinya saja biasanya tidak terlalu menuntut pengulangan yang terus menerus.

Perlu ditegaskan bahwa gudang memori itu tidak akan penuh dengan informasi-informasi yang dimasukan didalamnya walaupun disimpan berulang-ulang, karena kemampuanya menurut pakar psikologi nyaris tanpa batas. Hanya perlu diketahui bahwa belahan otak (otak kanan dan otak kiri) mempunyai fungsi yang berbeda. Fungsi belahan otak kiri terutama untuk mengungkap persepsi kognitif, menghafal, berpikir linier dan teratur. sedangkan belahan otak kanan lebih terkait dengan persepsi holostik imajinatif, kreatif, dan bisosiatif. Menurut fungsinya tersebut, maka belahan otak kirilah yang bekerja keras ketika menghafal Al-Qur'an.

3. Retrieval ( pengungkapan kembali)

pengungkapan kembali (reproduksi) informasi yang telah disimpan didalam gudang memori adakalanya serta merta dan ada kalanya perlu pancingan. Dalam proses menghafal Al-Qur'an, urutan-urutan ayat sebelumnya secara otomatis menjadi pancingan terhadap ayat-ayat selanjutnya. Karena itu, biasanya lebih sulit menyebutkan ayat yang terletak sebelumnya dari pada yang terletak sesudahnya. Atau, mungkin akan menemukan masalah ketika akan mengingat ayat yang terletak diawal pojok Al-Qur'an, karena waktu menghafalnya telah ter-antara-i oleh berbagai informasi dengan akhir pojok sebelumnya. Apabila persambungan antara satu halaman dengan halaman berikutnya tidak berurut dalam peta mental, maka mungkin akan terjadi kegagalan pada saat ingin memproduksi awal halaman baru.

Oleh karena itu, perlu dilakukan persambungan dalam menghafalkanya, agar didalam peta mental juga terjadi persambungan yang berarti. hal ini dapat dilakukan dengan cara menghafal ulang satu atau dua ayat yang telah dihafal terakhir sebelumnya, kemudian menyambungkanya dengan menhafal ayat dihalaman yang baru saat ini. urutan yang dibuat menjadi pancingan terhadap ayat terletak dibelakangnya. Proses ini memudahkan terjadinya reproduksi atau pengungkapan kembali.

Apabila upaya mengingat kembali tidak berhasil walaupun dengan pancingan, maka orang menyebutnya "lupa". Lupa mengacu pada ketidakberhasilan kita menemukan informasi didalam gudang memori, sungguhpun ia tetap ada disana. Lupa yang terjadi sebelum suatu informasi dikirim ke memori jangka panjang, oleh ahli psikologi tidak disebut lupa karena belum pernah disimpan. Mereka menyebutnya hilang atau keluar. Jadi, lupa (nisyan) terjadi sesudah hasil pengolahan informasi dimasukan kedalam memori jangka panjang, dan hanya karena kegagalan menemukanya kembali didalam gudang memori yang luas itu. Kegagalan yang terjadi pada saat pemasukan informasi (encoding failures) misalnya karena kurang perhatian yang diberikan pada saat mengamatinya atau rincianya belum/tidak diperlukan benar, maka sebenarnya informasi itu telah hilang sebelum mencapai penyimpananya. Dan ternyata informasi yang seperti itu lebih banyak dalam kehidupan ini. karena kita cenderung hanya menyimpan sesuatu yang dianggap perlu untuk tujuan praktis, kecuali yang automatic processing dalam pengalaman istimewa.

Memang terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hafalan Al-Qur'an, baik yang menyangkut mudah sukarnya melakukan tahfizh dan takrir, lama singkatnya dalam penyimpanan, maupun kuat tidaknya dalam pengulangan kembali. faktor-faktor tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan individu dan dapat pula disebabkan oleh upaya-upaya yang dilakukan. perbedaan individu misalnya faktor inteligensi, faktor kepribadian tertentu, faktor usia (setelah usia tiga puluh tahun kemampuan mengingat terus menurun). sedangkan yang dapat diupayakan misalnya tingkat kemampuan memahami makna ayat, efektivitas waktu, dan penggunaan metode-metode yang baik.

B. Metode Menghafal Al-Qur'an

Dalam menghafal Al-Qur'an oarang mempunyai cara yang berbeda-beda. namun metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat mengucapkanya tanpa melihat mushaf sedikitpun.

Proses menghafal Al-Qur'an dilakukan melalui proses bimbingan seorang guru tahfizh. Proses bimbingan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Bin-Nazhar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur'an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur'an secara berulang-ulang. Prose Bin-Nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafaz maupun urutan ayat-ayatnya. Agar lebih mudah dalam proses menghafalnya, maka selama proses Bin-Nazhar ini diharapkan calon hafiznya juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.

2. Tahfizh, yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur'an yang telah dibaca berulang-ulang secara Bin-Nazhar tersebut. misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut sudah dapat dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga sempurna. kemudian rangkaian ayat tersebut diulang kembali sampai benar-benar hafal. setelah materi satu ayat dapat dihafal dengan lancar kemudian pindah kepada materi ayat berikutnya.

Untuk merangkaikan hafalan urutan kalimat dan ayat dengan benar, setiap selesai menghafal materi ayat berikutnya harus selalu diulang-ulang mulai dari ayat pertama dirangkaikan dengan ayat kedua dan seterusnya. Setelah satu halaman selesai dihafal,diulang kembali dari awal sampai tidak ada kesalahan baik lafaz maupun urutan ayat-ayatnya. Setelah halaman yang ditentukan dapat dihafal dengan baik dan lancar, lalu dilanjutkan dengan menghafal halaman berikutnya. dalam hal merangkai hafalan perlu diperhatikan sambungan akhir halaman tersebut dengan awal halaman berikutnya, sehingga halaman itu akan terus sambung-menyambug. karena itu, setiap selesai satu halaman perlu juga diulang dengan halaman-halaman sebelumnya.

3. Talaqqi, yaitu mmenyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur. Guru tersebut haruslah seorang hafiz Al-Qur'an, telah mantap agama dan makrifatnya, serta dikenal mampu menjaga dirinya. Proses Talaqqi ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon hafiz dan mendapatkan bimbingan seperlunya. Seorang guru tahfizh juga hendaknya yang benar-benar mempunyai silsilah guru sampai kepada Nabi Muhammad.

4.Takrir, yaitu mengulang hafalan atau men-sima-kan kepada guru tahfizh. Takrir dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik. Selain dengan guru, takrir juga dilakukan dengan sendiri-sendiri dengan maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal, sehingga tidak mudah lupa. Misalnya, pagi hari untuk menghafal materi hafalan baru, dan sore harinya untuk men-takrir materi yang telah dihafalkan.

5. Tasmi', yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada perseorangan maupun kepada jamaah. dengan tasmi' ini seorang penghafal Al-Qur'an akan diketahui kekurangan pada dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dengan tasmi' seorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan.

Metode yang dikenal untuk menghafal Al-Qur'an ada tiga macam yaitu :

  • Metode seluruhnya, yaitu membaca satu halaman dari baris pertama sampai baris terakhir secara berulang-ulang sampai hafal.
  • Metode bagian. yaitu orang menghafal ayat demi ayat, atau kalimat demi kalimat yang dirangkaikan sampai satu halaman.
  • Metode campuran, yaitu kombinasi antara metode seluruhnya dengan metode bagian, mula-mula dengan membaca satu halaman berulang-ulang, kemudian pada bagian tertentu di hafal tersendiri kemudian diulang kembali secara keseluruhan.      

Diantara metode-metode tersebut, metode campuran adalah yang banyak dipakai orang untuk menghafal Al-Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POLA KEPEMIMPINAN tanpa JUDUL

Di era kemajuan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi saat ini telah menjadi tuntutan bagi sebuah sistem untuk menyesuaikan diri terh...